KOTA KUDUS, Kampung Halamanku

Melalui catatan kecil ini saya ingin mengajak rekan-rekan untuk mengenal singkat kota kelahiran saya yaitu Kota Kudus. Kota Kudus yang terkenal dengan sebutan Kota Kretek menyimpan sejarah yang menarik dalam perkembangan kebudayaan di daerah sekitarnya. Potensi wisata, budaya setempat, kulinernya, semua menarik untuk dikaji.

Kota Kudus

Kota Kudus, terletak di pesisir utara pulau Jawa, di lereng Gunung Muria, sekitar 53 km dari Semarang, ibukota Jawa tengah.. Kota Kudus termasuk kota kecil dari segi luasnya, tetapi cukup ramai, karena terletak di jalur Pantura yang merupakan jalur perdagangan yang vital menjadikan Kota Kudus merupakan kota perdagangan bagi daerah sekitarnya (Jepara, Pati, Demak dan sekitarnya).


Kali Gelis yang mengalir ditengah Kota Kudus membagi wilayah menjadi dua bagian yaitu Kudus Kulon ( Barat ) dan Kudus Wetan ( Timur ). Pada masa lampau, wilayah Kudus Kulon didiami oleh para pengusaha (sejarah industri rokok kretek berasal dari wilayah ini), pedagang, petani dan ulama, sedangkan Kudus Wetan dihuni oleh para priyayi, cendikiawan, guru-guru, bangsawan dan kerabat ningrat. Dalam perkembangannya ternyata Kudus Kulon lebih maju.

Saya sendiri lahir dan dibesarkan di Kudus Kulon ini

Masjid Menara Kudus

Kota Kudus, didirikan oleh Sunan Kudus (Ja’far Shodiq) pada abad ke-15 M. Nama Kudus berasal dari bahasa Arab “Al-Quds” yang artinya kesucian, yang konon ceritanya penamaan ini setelah Sunan Kudus pulang dari kota Al-Quds, Palestina.

Selain itu Sunan Kudus mendirikan masjid dan menamakan masjid dengan nama Masjidil Aqsa, seperti nama masjid di Palestina yang menjadi singgahan Nabi Muhammad waktu peristiwa Isra’ Mi’raj. Masyarakat Kudus lebih familiar menyebut masjid Masjidil Aqsa tersebut dengan nama Masjid Menara Kudus, karena di masjid ini terdapat sebuah menara yang sangat unik, yang berbentuk seperti candi Hindu. Analisis para sejarawan, pembangunan Menara Kudus ini merupakan metode dakwah Sunan Kudus kepada masyarakat Kudus yang waktu itu banyak beragama Hindu untuk mau datang ke masjid.

Setiap hari selalu saja masjid ini (yang hanya beberapa puluh meter dari rumah orangtua saya) ramai dikunjungi oleh para pengunjung, baik yang hanya sekedar ingin melihat-lihat arsitek bangunan yang unik, maupun yang ingin berziarah ke makam Ja’far Sadiq (Sunan Kudus). Setiap tahun sekali terdapat ritual Buka Luwur, yaitu tirai yang terdapat di makam ini diganti yang diadakan tiap tanggal 10 Suro (Muharram), dan pada saat seperti ini ribuan peziarah akan memadati kawasan makam.

Kuliner Serba Kerbau

Ada kebiasaan unik di Kota Kudus, yaitu masyarakat kudus tidak berani menyembelih sapi, tetapi yang ada adalah menyembelih kerbau sebagai gantinya. Hal ini berasal dari larangan Sunan Kudus untuk tidak menyembelih sapi (binatang yang dihormati warga Hindu di Kudus waktu itu), sehingga di Kota Kudus kebanyakan daging yang dimakan adalah daging kerbau. Jika ada daging sapi, itu paling berasal dari kota kota sekitarnya, misalnya Pati, Jepara atau Semarang. Dalam penyembelihan Qurban juga menyembelih hewan kerbau tidak sapi..Di Kudus terdapat masakan khas yang serba Kerbau ada soto kerbau, sate kerbau, Nasi Pindang Kerbau dan segala lauk yang menggunakan daging adalah daging kerbau. Topik mengenai kuliner yang serba kerbau ini akan saya bahas di posting yang lain