Kesalahan yang dibiarkan menjadi pembenaran

Sebuah Renungan :

Pada suatu hari ada dua pemuda sedang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tiba di perempatan, lampu merah menyala, akan tetapi mobil tersebut tidak berhenti, bahkan tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Teman pemuda yang berada di samping pengemudi bertanya,

"Tadi lampu menyala merah, kenapa masih ngebut saja?"

Dengan tanpa merasa bersalah pengemudi mobil tersebut mengatakan kepada temannya, "Kakakku juga melakukannya dan ternyata masih tetap selamat sampai hari ini."

Kejadian itu terus berulang dan jawabannya selalu sama. Sampai pada perjalanan berikutnya pada waktu lampu menyala hijau tanpa diduga justru sang pengemudi mobil malah menghentikan kendaraannya. Teman pemuda yang berada di samping pengemudi bertanya lagi.

"Lampu hijau kok malah berhenti?"

"Aku lebih menyayangi nyawaku," jawab sang pengemudi.

"Mengapa begitu?" tanya temannya.

"Kamu kan tahu kelakuan kakakku, Aku khawatir, dia tiba-tiba nyelonong dilampu merah sebelah sana," kata sang pengemudi sambil menunjukkan arah yang berseberangan jalan.

Begitulah kita,

seringkali kita membiarkan sebuah kesalahan secara terus menerus tanpa ada yang berani mengoreksi maka kesalahan itu berubah menjadi kebenaran.

Demikian juga dengan kebenaran yang terus menerus dikondisikan sebagai kesalahan maka kebenaran akan berubah menjadi sebuah kesalahan.

Seperti halnya jika ada seorang penjahat, akan tetapi jika ditampilkan secara terus menerus oleh media sebagai sosok pahlawan maka pandangan masyarakat akan menganggap bahwa penjahat itu memang seorang pahlawan.

Sedangkan jika ada seorang yang bersih dan lurus tapi ditampilkan sebagai orang yang bodoh dan naif maka masyarakatpun akan menganggap orang itu bodoh dan naif.

Jadi sebaiknya kita senantiasa jernih dalam menyikapi setiap peristiwa, jangan sampai kita terjebak dalam sebuah pembiaran, kesalahan menjadi kebenaran ataupun kebenaran menjadi kesalahan.

Posting Komentar