Nasruddin dan para cendekiawan

Alkisah, suatu saat terdengar kabar bahwa Nasruddin memberikan pernyataan di desa-desa terdekat dengan mengatakan:

"Orang-orang yang disebut bijak adalah bodoh dan bingung,"

Para ulama, filusuf dan para cendekiawan yang memdengar kabar tersebut merasa bahwa Nasruddin menodai kehormatan mereka, mereka menuduh nasruddin sebagai seorang tukang pengada-ada dan merusak keamanan negeri. Nasruddin ditangkap dan kasusnya diajukan ke Pengadilan Raja.

"Anda boleh bicara lebih dulu." Kata Raja

"Berilah saya pena dan kertas." Jawab Nasruddin

kemudian sang Raja memberikan pena dan kertas kepada Nasruddin.
Nasruddin kemudian membagikan pena dan kertas masing-masing kepada tujuh cendekiawan tersebut

"Biarlah mereka secara terpisah menulis jawaban atas pertanyaan berikut: "Apakah roti itu?'"

Ketujuh ulama itu telah menulis jawaban masing-masing atas pertanyaan Nasruddin tadi. Kertas jawabannya diserahkan kepada raja yang kemudian membacanya dengan keras satu per satu:

Cendekiawan pertama menulis : "Roti adalah makanan."
Cendekiawan kedua mengatakan: "Roti terdiri dari campuran tepung dan air."
Cendekiawan ketiga : "Itu adalah sebuah adonan yang dibakar."
Cendekiawan keempat : "Sebuah pemberian Allah."
Cendekiawan kelima : "Berubah-ubah, menurut bagaimana kita mengartikan roti."
Cendekiawan keenam : "Roti adalah zat yang mengandung nutrisi."
Cendekiawan ketujuh mengatakan : "Tidak seorang pun yang tahu dengan jelas."

Setelah mendengar semua jawaban itu, Nasruddin berkata kepada raja,

"Bagaimana Yang Mulia bisa meyakini penilaian dan pertimbangan bagi orang-orang tersebut? Jika mereka saja tidak bisa menyepakati sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari, bagaimana mereka bisa dengan suara bulat menyebut saya seorang tukang pengada-ada?"

Posting Komentar